Tuesday, September 28, 2010

KOTA TARAKAN MENJADI MENCEKAM, AKIBAT PERTIKAIAN SUKU

 Kota Tarakan di utara Kalimantan Timur mencekam akibat bentrokan antara suku Dayak Tidung  dengan suku Bugis pendatang, Senin (27/9) dini hari. Bentrokan yang terjadi sekitar pukul 02.00 tersebut, dipicu akibat tewasnya seorang penduduk lokal
dalam sebuah perkelahian usai pesta minuman keras.
Menurut informasi yang didapat vivaborneo.com dari warga Tarakan,  suasana sejak dinihari hingga sore masih mencekam, terutama di sekitar lokasi bentrokan di dekat pelabuhan feri baru, Juwata, yang menjadi basis suku  Bugis.
Jalan-jalan diblokir untuk mencari pembunuh Abdullah (45) yang tewas dengan luka mengenaskan di perut  dan sebagian anggota tubuh terpotong. Warga Dayak Tidung ini menari-nari sambil membawa senjata tajam dengan simbol ikat kepala berwarna merah sebagai tanda berperang.
Saat ini, suku  Dayak Tidung  yang sebagian besar  beragama Islam, datang dari berbagai pulau di sekitar Pulau Tarakan mulai berdatangan ke Selumit, kawasan yang didominasi penduduk lokal. Mereka melengkapi diri dengan Mandau, tombak  dan sumpit.
Jalan-jalan di dalam Kota Tarakan, sejak dinihari telah dikuasai Suku Dayak Tidung yang melakukan konvoi dijalan-jalan sambil membawa senjata tajam.  Pihak kepolisian tidak dapat berbuat banyak, hanya menghalau massa agar tidak terus memburu lawannya.
Mengantisipasi bentrokan meluas, Yonif 613/Raja Alam diturunkan ke lokasi untuk mengevakuasi warga suku Bugis di Juwata. Penduduk diungsikan ke markas Yonif 613 yang tak jauh dari tempat kejadian. Situasi di tengah Kota Tarakan hingga kini masih aman terkendali.
Sejauh ini, aparat kepolisian dari Brimobda Polda Kaltim dan Polresta Tarakan masih berjaga-jaga untuk menghindari meluasnya perang yang melibatkan dua suku tersebut. Polres setempat telah menyatakan Siaga Satu untuk mengantisipasi keadaan terburuk.
Hingga pukul 21.00 wita jalanan telah lengang seperti layaknya telah tengah malam. Toko-toko banyak yang tutup untuk menghindari penjarahan dan pengrusakan oleh warga yang sedang marah.
Sementara itu, sejak pagi  hingga siang rumah Abdullah (45), seorang tokoh masyarakat yang tewas masyarakat berkumpul untuk mengantarkan jenazah Abdullah. Ratusan warga Juwata Permai yang ikut mengantar jenazah ke pemakaman terlihat masih membawa senjata tajam. Bahkan, kerabat korban mendesak polisi agar segera menangkap pelaku yang jumlahnya 30 orang dalam waktu 2X24 jam.
“Kami mendesak polisi agar pelaku pembunuhan segera ditangkap dalam waktu 2X24 jam, jika tidak, kami sendiri yang akan bertindak,” ungkap seorang kerabat korban yang tidak mau  disebutkan namanya.
Di Kabupaten Nunukan, yang jaraknya hanya 3 jam perjalanan dengan speedboat dari Pelabuhan Tengkayu Tarakan, susana masih aman terkendali meskipun polisi tampak berpatroli dan berjaga-jaga di sejumlah sudut kota.
Pemkab Nunukan menghimbau masyarakat Nunukan yang sebagian besar suku Bugis, untuk tidak datang ke Kota Tarakan sementara susana belum aman.  Selain menghindari konflik yang dapat meluas, imbauan ini juga menjadi perhatian warga untuk dapat menyerahkan kasus ini kepada pihak kepolisian. (sumber : vivaborneo.com )

No comments:

Post a Comment